Cari Artikel

10 November 2009

Menerjang Gerimis Sehabis Kerja


Beberapa saat yang lalu entah mengapa bersamaan dengan turunnya hujan diri ini merasa berdiri di suatu tempat yang indah, penuh kebahagiaan, penuh keceriaan, tertawa gembira, menebar senyum... ah ternyata diri ini terbawa di suatu masa indah 10-15 tahun lalu rupanya. Situasi hujan gerimis ini mengingatkan akan indahhnya saat itu ketika bersama teman-teman kecilku, berlarian berkejaran kesana kemari penuh riang tawa canda, oh.. indahnya (agak aneh memang, tapi indah)
Masa itu memang sungguh menyenangkan, masa ketika dekat dengan orang tua, kakak, adik, teman sekolah, teman mengaji. Teringat ibu ketika menyisirkan rambut memakaikan kaos kaki dan sepatu ketika akan beranjak sekolah untuk pertama kali (ibu terima kasih). Bapak yang penuh wibawanya menasehati aku dan adikku ketika hanya tertawa tak kunjung segera sholat dluhur padahal waktu itu hampir pukul 3 (bapak maafkan anakmu). Kakak yang menunjukkan kelas baru ketika mulai masuk SD, dan berebut mainan dengan adik hingga salah satu dari kami menangis dan salah satu terpaksa melarikan diri dan sembunyi di atas pohon karena takut dimarahi ibu, padahal ibu tidak akan pernah marah pada kami walaupun nakal bukan main.
Sungguh begitu memilukan keadaan waktu itu walaupun kami melaluinya dengan berkumpul bahagia, membagi derita, membagi kesedihan, membagi kebahagiaan yang secuil namun penuh berkah Alloh.
Teringat ketika saat bayar spp sekolah dan ibu kami tiada lagi kelebihan uang untuk sekolah anak-anaknya, dengan terpaksa ibu memaksa si ayam untuk tidak mengerami telurnya hanya untuk kami jual buat sekolah, ibu memberikan telur-telur itu kepada kami untuk dijual ke pasar, dan kami membawanya beramai-ramai ke tukang jamu di pasar untuk di tukarkan dengan uang, semua itu sungguh kenangan pahit namun indah untuk dikenang.
Hujan ini menambah rasa dingin di kulitku hampir menusuk tulang rasa dingin ini. Entah kemana semua teman-teman bermainku sekarang, teman-teman sekolahku juga kemana tak tahu. Aku masih mengingat kalian saat ini, saat diriku sekarang terjebak dalam kesibukan ibu kota, terjebak dalam hiruk pikuk manusia-manusia yang bekerja untuk anak istrinya, yang sibuk hingga melupakan kewajibannya sebagai hamba. Aku masih ingat kalian ketika kita bersama-sama berangkat ke mushola untuk sholat dan mengaji, aku saat ini pun masih melakukan kebiasaan itu yang dulu kita lakukan bersama-sama, dan akan kupertahankan hingga akhir nyawaku kawan.
Teman-teman kecil aku sungguh rindu kalian, rindu tawa dan keceriaan kita saat itu, rindu saat berkejar-kejaran di lapangan, rindu saat bermain hujan-hujanan seperti gerimis saat ini yang sedang menyirami tubuhku. Gerimis ini kembali menyiramku namun tanpa kalian, aku sekarang sendirian tanpa teman berjuang, bekerja, membanting tulang, terjebak dalam keramaian kota, tinggal di tempat seadanya, teman kecilku aku rindu kalian.
Dinginnya gerimis ini membawaku kepada permintaan maafku kepada bapak dan ibuku, mereka yang telah membesarkanku, mereka yang telah mengorbankan dirinya untuk diriku. Namun tak sebalaspun hingga saat ini dariku untuk ibu dan bapakku, ibu bapak maafkan anakmu ini telah meninggalkanmu sampai saat ini. Doakan aku bisa kembali untuk membalas semuanya walaupun tidak akan berarti apa, aku ingin membahagiakanmu ibu dan bapak. Maafkan anakmu...

***menitihkan air mata bercampur gerimis sore membasahi tubuhku, menerjang gerimis sehabis kerja***

1 komentar:

  1. Kenangan yag tidak bisa di lupakan...
    Sungguh indah kenangan di masa kesil :)

    BalasHapus

Silahkan Tinggalkan Jejak Disini

Google Search Cari Info