Cari Artikel

21 Juli 2012

Ramadhan, Lapar, Dahaga dan Puasa

Ketemu lagi sama bulan ramadhan, alhamdulillah. Ramai musola-musola di awal ramadhan, barisan solat taraweh masih penuh, ibu-ibu masih semangat, bapak-bapak seperti tidak kalah semangat, anak kecil dan dan remaja masih senang di awal ramadhan seperti senangnya dapat mainan baru, belum bosan di awal-awal begini. Liat saja lima hari, sepuluh hari kedepan pasti ada perubahan, jumlah barisan taraweh mulai berkurang, bapak-bapak mulai ngantuk mendengar ceramah di sela-sela taraweh dan witir, ah itu udah biasa, anak-anak dan ibu-ibu juga sudah mulai tidak keliatan di musola, lebih senang di rumah kembali berebut remot tv, ah itu juga udah biasa, biasalah seperti itu. Dari tahun ke tahun.
Itulah memang fenomena ramadhan kawan, dari tahun ke tahun tidak ada perubahan, entah apa penyebabnya, mungkin budaya.
Tapi sudahlah tidak perlu banyak-banyak mengurusi fenomena yang tidak jelas awal sebabnya. Lebih baik kita fikirkan diri kita masing-masing saja supaya tidak terbawa arus fenomena ramadhan yang seperti itu, yang semakin lama juga tidak semakin lucu. Mumpung masih di awal ramadhan kawan mari kita pikirkan diri kita, mau seperti apa sebulan kedepan ini, mau seperti apa puasa kita, mau seperti apa ramadhan tahun ini. Coba kita ingat setahun yang lalu saja, apa yang sudah kita dapatkan dari puasa sebulan penuh, perubahan apa yang sudah kita dapatkan dari ramadhan sebelumnya? apakah masih sama saja? hmm.
Ramadhan seperti sebuah mesin, kita sebagai bahan mentahnya. Kita proses diri kita di mesin ramadhan dan 30 hari atau 29 hari kedepan kita dapatkan diri kita menjadi seperti apa? apakah ada perubahan? ataukah sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, dan itu semua tergantung juga pada diri kita masing-masing, tergantung niat dan kemauan kita masing-masing.
Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan pahala, kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, begitulah hadist nabi yang sering kita dengar yang merefleksikan kegagalan ramadhan pada diri seseorang, hanya lapar dan dahaga saja yang di dapatkan. Tentu saja kalo begitu tidak bergunalah puasa sebulan penuh.
Kita lihat kembali diri kita kawan sebelum ramadhan, hati kita yang masih sering berprasangka buruk, bicara kita yang masih sering menyakiti orang lain, telinga yang masih suka mendengarkan keburukan, pikirkan dan ingat semua perbuatan kita yang sadar atau tidak sadar sudah menjadi kebiasaan sehari-hari hingga lupa bahwa itu adalah keburukan dan dosa, bila perlu tulislah diselembar kertas yang panjang daftar keburukan-keburukan kita. Kosongkan hati kita dari keburukan-keburukan tersebut kawan, kemudian isi dengan kebaikan-kebaikan selama bulan ramadhan. 
Karena puasa itu kawan, bukan hanya puasa fisik yang hanya menahan lapar dan dahaga, kalo cuma begitu anak kecil juga bisa kawan. Puasa itu juga puasa hati, hati yang berkeinginan melakukan sesuatu yang buruk juga harus di tahan, hati juga harus berpuasa dengan menahan semua keburukan yang berasal darinya.
Mumpung masih di awal ramadhan dan belum terlambat, mari kita letakkan dasar puasa kita secara kuat kawan, kosongkan diri kita dari keburukan-keburukan yang selama ini sudah biasa kita lakukan dan isi dengan kebaikan-kebaikan, selama 30 hari mesin ramadhan akan menjadikan diri kita yang lebih baik di akhir ramadhan nanti, hingga ramadhan tahun ini kita berhasil menjalaninya dan mendapatkan hasil yang baik pada diri kita, bergunalah ramadhan kita. Semoga bermanfaat, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Jejak Disini

Google Search Cari Info